Hajerah Sufiani

Berkumpul bersama keluarga dihari minggu atau hari-hari libur lainnya adalah hal yang menyenangkan, sayangnya tidak semua orang bisa merasakan hal tersebut. Bagi perantau ini adalah tantangan terberat dalam menjalani hari-hari, setidaknya ini lah salah satu hal yang kurasakan selama bertugas di Sanana. Namun, hal ini tak lantas membuatku larut dalam kesedihan, nyatanya berlibur sendirian pun bisa menjadi pengalaman menarik yang di lakukan.  Untuk mengisi hari libur di Kota Sanana , aku memilih berkunjung ke salah satu pantai yang ada di Kabupaten Kepulauan Sula tersebut yaitu Pantai Pastina. Pantai ini sebenarnya bernama Pantai Jazirah, namun Masyarakat setempat menyebutnya Pantai Pastina karena berada di desa tersebut, inilah hal pertama yang ku ketahui saat tiba di pantai ini. Di pantai ini, kamu akan diajak untuk mengelilinginya dengan menggunakan perahu sederhana yang terbuat dari kayu. Pemandangan laut yang mempesona tentunya menjadikan tempat ini sebagai referensi wisata bersama

Kabupaten Kepulauan Sula berada di Provinsi Maluku Utara. Pada mulanya Kabupaten Kepulauan Sula menjadi bagian dari Kabupaten Halmahera Barat, namun berdasarakan surat keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah sehingga Kabupaten ini berdiri sendiri.  Gambar by Lintas Timur Sanana adalah salah satu kecamatan sekaligus ibu kota dari dari Kabupaten Kepulauan Sula. Jarak dari Ibu Kota provinsi Maluku Utara menuju Sanana sekitar 285 km, yang dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat maupun kapal. 1. Menggunakan Kapal Jika kamu memilih untuk menggunakan kapal, maka kamu dapat memulai perjalanan dari Ternate atau Kota Ambon. Hanya butuh sekitar 8 jam untuk tiba di Sanana. Jadwal kapal cepat rute ambon yaitu setiap hari Senin dan Rabu, sedangkan jadwal kapal dari rute Ternate yaitu hari senin, kamis, jumat dan sabtu. Pelabuhan Sanana berada tepat dipusat kota Sanana. Selain kapal cepat, jika kamu tidak melakukan perjalanan dari Ternate maupun Kota Ambon, kamu dapat meng

Selain mengunjungi Pantai Wai Ipa dan Benteng De Verwacthing  di Kepulauan Sula, aku pun menyempatkan diri untuk menikmati pesona Waka Yoya, salah satu tempat wisata yang tidak jauh dari Desa Bajo . Butuh sekitar 10 menit untuk tiba di wisata ini dari Desa Bajo. Waka Yoya merupakan salah satu destinasi yang dikagumi oleh Masyarakat setempat maupun pendatang, bagaimana tidak, disini kamu akan disuguhkan oleh pemandangan mangrove yang lebat. Waka artinya Mangrove, sedangkan Yoya artinya kepiting. Dari nama saja sudah terjelaskan bukan bahwa tempat wisata ini penuh dengan mangrove dan kepiting. Kamu nggak perlu khawatir akan tersesat atau hilang arah saat hendak mengunjungi tempat ini, hehehehhe. Dijalanan besar tempat kendaraan halu halang kamu akan melihat patung kepiting raksasa. Patung ini berdiri kokoh tegak didepan pintu masuk. Saat memasuki gerbang depan, kamu akan berjalan diatas jembatan kayu dengan pemandangan hutan mangrove yang rindang disisi kiri maupun kanan.  Diujung dari

Menikmati angin malam bagi sebagaian orang adalah cara terbaik untuk merefreshingkan isi kepala, setidaknya itu berlaku bagiku. Salah satu hal yang mampu mengembalikkan semangat ku dalam menjalani esok hari adalah dengan mengelilingi jalanan menggunakan sepeda motor dimalam hari  Entah mengapa angin dan jalanan dimalam hari begitu syahdu, walau sebenarnya jalanan begitu ramai.  Malam itu, saat aku masih berada di Kota Namlea , selain menikmati syahdunya malam hari beserta hingar bingar di perkotaan, aku pun menepi menikmati makanan diatas trotoar yang ditawarkan dengan gaya lesehan di area Tugu Tani. Lesehan tugu tani ini merupakan tempat nongkrong yang menjadi primadona saat malam hari.  Ada berbagai jenis makanan yang bisa kamu cicipi saat nongkrong ditempat ini, mulai dari jagung bakar, pisang gepe, cilok, bakso, aneka minuman serta aneka makanan berat lainnya seperti ayam lalapan, nasi goreng, mie telur dan lain-lainnya.  Gimana? Yakin nggak tertarik? Pasti tertarik dong, hehehehhe

Menyebrangi lautan menggunakan kapal ferry dari Ibu Kota Provinsi Maluku menuju Namlea dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam, tak afdol rasanya jika tidak  mengunjungi salah satu destinasi yang terbilang recommended di kota Tani itu. Pantai Jiku Merasa, nama destinasi yang membuatku tak sabar untuk mengunjunginya. Jarak dari Pelabuhan Namlea ke pantai ini yaitu 10 KM.  Pantai ini merupakan primadona kabupaten Buru, selain karena suguhan pasir putih yang membentang dipantai ini, kamu juga dapat menikmati sensasi ombak yang begitu tenang. Jika di destinasi Bukit Tatanggo kamu dapat melepaskan segala kepenatan dengan berteriak sambil melihat pemandangan gunung-gunung dari atas bukit, di Pantai Jiku Merasa kamu bisa melepas penat dengan menikmati indahnya desiran ombak. Selain itu, di pantai ini, kamu juga bisa  melakukan snorkling untuk melihat indahnya bawah air laut. Waktu yang tepat untuk kamu melakukan aktvitas  ini adalah mulai dari bulan Maret hingga November yah, tidak direkome

Tenang, sebuah rasa yang akan kamu dapati saat memasuki rumah Allah dan menengadahkan kepala dihadapanNya seraya memohon Ridho atas segala hal yang sedang kamu jalani. Rasa ini pula lah yang aku dapati saat hendak bertandang ke Masjid Agung Al-Buruj , sebuah bangunan Masjid Agung sekaligus merupakan Islamic Center di Kabupaten Buru yang berada tepat di Pusat Kota Namlea .  Nama masjid ini diambil dari Surah Al-Buruj, surah ke 85 pada kitab suci Al-Qur’an yang memiliki arti Gugusan Bintang. Masjid ini resmi digunakan sebagai tempat beribadah umat muslim pada tanggal 02 Februari 2009. kamu tau nggak ? dana untuk pembangunan masjid ini, ternyata berasal dari hasil patungan atau urunan dari masyakarat muslim disana loh. Duh, nggak kebayang kan masjid dengan lahan seluas 25 hektar dan luas bangunan masjid mencapai 2.867 meter persegi itu dibuat dari dana yang hanya berasal dari masyarakat setempat, kira-kira besar anggaran keseluruhannya berapa yah?   Hal lain yang membuatku takjub adalah s

Iskandar Zulkarnain atau yang memiliki nama lengkap Amir Iskandar Zulkarnain Saifuddin merupakan Sultan Ternate ke-14 yang lahir di Ternate pada tahun 1680. Putra tertua dari Rotterdam dan istri keempatnya, Sayira - ini lebih sering dikenal dengan nama Raja Laut. Selain itu ia juga dikenal dengan nama Kaicil Sehe. Pada masa pemerintahannya sejak tahun 1714 hingga 1751, Ia memperbaharui dan mengganti nama Benteng Het Klaverblad yang berada di Sanana, Kepulauan Sula menjadi Benteng De Verwachting , tepatnya pada tanggal 24 Desember 1736 dibawah pengawasan opsir VOC , Victor Mall.