Mengulas Kisah Benteng De Verwachting

Berada di Sanana Kabupaten Kepulauan Sula untuk menjalankan tugas, lantas tak membuatku berpikir untuk mencari tau tentang destinasi menarik yang bisa dikunjungi selama berada di Kota hasil pemekaran tersebut. Namun, seorang rekan kerja yang pernah bertugas disana menceritakan tentang sebuah benteng yang berada tepat dipusat kota itu, sehingga membuat saya penasaran dan akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke benteng yang disebut sebagai Benteng De Verwachting.

Butuh waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk tiba dari Desa Bajo ke pusat Kota Sanana menggunakan sepeda motor. Yups,,,, aku memulai perjalanan dari Desa Bajo, desa yang menjadi tempat tinggalku selama bertugas kurang lebih satu tahun. Untuk menemukan Benteng De Verwachting ini tidak sulit kok, selain karena berada dipusat kota, lokasi bentengnya pun berdiri diruas jalan umum, tepatnya didepan Pelabuhan Sanana. 

Ketika tiba disana, kamu akan melihat luasnya halaman depan benteng yang kini dijadikan sebagai lapangan untuk berolahraga. Jika dihalaman depan aku menjumpai orang-orang yang sedang berolahraga, maka ketika memasuki sisi bagian dalam benteng ini aku disambut dengan asrinya pepohonan dan bunga-bunga yang terbilang cukup rimbun.

Entah karena beruntung atau karena memang hari kunjungan yang salah, aku tak menemukan petugas yang bertugas di dalam benteng tersebut. Jadi kalau ditanya apakah ada biaya yang harus dibayarkan untuk memasuki benteng ini ? tentunya aku tidak tau pasti, yang jelas saat itu aku masuknya gratis. Hehehehhe

Benteng De Verwachting ini merupakan sejarah peninggalan Belanda. Semulanya, pada tahun 1623 masyarakat Ternate membangun sebuah benteng kecil yang diberi nama Het Klaverblad, baru kemudian di tahun 1736 tanggal 24 Desember pada masa pemerintahan Iskandar Zoelkarnaen dibawah pengawasan Opsir VOC, Victor Moll, Benteng Het Klaverblad diperbaharui dan kemudian diberi nama De Verwachting.

Benteng ini dilengkapi dengan 2 menara pengintai dan 4 bastion yang masih utuh sampai saat ini. Tinggi benteng mencapai 4 meter dan memiliki luas 2.750 meter persegi. Cukup tinggi dan luas banget kan benteng ini ? jika dilihat sekilas penampakan benteng ini dari dulu tidak ada yang berubah, namun warna benteng semakin memudar dan tulisan-tulisan khas ternate pada dinding-dinding benteng pun semakin tak terlihat. 

Baca Juga : Pantai Wai-Ipa, tempat wisata di Sanana, Kepulauan Sula 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hallo Kopi - Tongkrongan Asik di Kota Tani

Tenang dalam riuhnya suara ombak dan angin sore di Pantai Wai Ipa, Kepulauan Sula